Aynal Muslimun?, Mari Bersatu Bebaskan Palestina
Foto: Univ. Muhamadiyah Sidoarjo
Reporter: Administrator
oleh Yayat Rohayati
Lebih dari satu tahun saudara kita di belahan Palestina berkubang di medan derita yang tak kunjung usai. Jerit tangis anak-anak yang kesakitan dan kehilangan orangtua, atau para orangtua yang mendapati anaknya telah bersimbah darah dan tak bernafas lagi terus menggema setiap saat.
Serangan udara yang membabi buta dari zionis Isra3l sejak Oktober 2023 lalu telah menghilangkan nyawa sampai 43 ribu jiwa lebih. Sebagian besar diantaranya adalah wanita dan anak-anak. Sementara korban luka-luka mencapai 100 rb orang lebih.
Warga Gaza berada dalam kondisi sekarang karena berjuang mempertahankan tanah kaum muslimin seluruh dunia. Sudah seharusnya, sebagai umat muslim yang memahami bahwa mereka adalah saudara, selain merasakan kesedihan, memberi bantuan materi, dan mendoakan yang terbaik bagi mereka, penting juga adanya upaya serius dalam menyelesaikan penderitaan mereka.
Upaya serius tersebut diantaranya dengan mengerahkan pasukan militer oleh negeri-negeri muslim. Umat muslim harus mendesak pemimpin-pemimpin mereka untuk mengirimkan tentara terbaiknya ke bumi Palestina.
Akan tetapi, lagi-lagi sekat nasionalisme telah mengamputasi ikatan solidaritas umat muslim di dunia. Akibat nasionalisme yang telah mengakar, mereka hanya peduli terhadap urusan dalam negerinya saja, tanpa peduli terhadap urusan umat IsIam secara keseluruhan.
Maka, nyata sekali nasionalisme telah memecah belah persatuan umat muslim. Nasionalisme juga yang menjadikan negeri-negeri muslim merasa tak perlu mengirimkan pasukan militernya untuk membantu warga Gaza.
Jika nasionalisme telah mengakar dalam benak kaum muslim, maka kaum muslim akan terus dihina dan dilecehkan. Negeri mereka pun akan terus menjadi rebutan.
Oleh karena itu perlu upaya menyadarkan umat betapa pentingnya persatuan umat. Melalui gema Aynal muslimun, diharapkan mampu membuka mata hati kaum muslim, terutama para pemimpin negeri muslim.
Dengan teknologi yang semakin canggih, transportasi yang mudah, seharusnya semakin mudah pula upaya menyatukan umat. Tapi kenapa sangat sulit? Karena ketiadaan pemimpin yang suaranya didengar oleh seluruh umat muslim di dunia.
Masing-masing umat hanya mendengar suara dari pemimpin negerinya, sebab tersekat nasionalisme.
Jadi, untuk menyatukan umat muslim dalam membebaskan saudara kita di Gaza, diperlukan adanya satu komando di bawah kepemimpinan yang mampu menyatukan umat, yaitu kepemimpinan IsIam (khilafah Islamiyyah).
Dahulu, dimasa kepemimpinan khalifah Al-Mu'tasim Billah, ada seorang wanita yang dilecehkan tentara Romawi. Mendengar kabar tersebut sang kholifah langsung mengirimkan pasukan untuk meluluhlantahkan tentara Romawi tersebut.
Masyaallah
Padahal dahulu alat transportasi dan komunikasi tidak secanggih sekarang. Akan tetapi, karena menyadari betapa besar tanggungjawab seorang pemimpin, dan IsIam sangat memuliakan perempuan, maka kholifah langsung bergerak tanpa negosiasi.
Rasulullah saw. bersabda:
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Wallahua'lam bishhowab.
Editor: Muhamad Basuki