Jabar Nomor Satu Nasional

Kang DS Bawa Kabupaten Bandung Masuk 10 Besar Nasional yang Mampu Menekan Inflasi

Bupati Bandung Kang DS Mampu Menekan Inflasi di Kab. Bandung, Masuk 10 Besar Nasional

Reporter:

Penulis: H. Tubagus Raditya Indrajaya

OPININEWS.COM -- “Inflasi Bisa Terkendali, Artinya Pemimpinnya Melek Perut Rakyat”. Kutipan ini  yang tepat di indentikan dengan kepada Bupati Bandung, Dr. H.M. Dadang Supriatna, S.Ip,.M.Si.

Ketika harga jadi cermin kepemimpinan mengendalikan inflasi bukan cuma urusan angka statistik, tapi urusan isi dapur dan dompet rakyat. Karena di balik setiap persen inflasi, ada cerita emak-emak di pasar, petani di sawah, dan sopir angkot yang menghitung bensin per tetesnya.

Ditengah pusaran harga beras yang sempat “berlari marathon” serta cabai yang naik-turun seperti grafik saham, Kabupaten Bandung justru menjadi salah satu daerah paling stabil di Indonesia.

Per September 2025, Kabupaten Bandung menembus peringkat 10 besar nasional dalam pengendalian inflasi.(rellease kemendagri okt 2025).

Ini sebuah capaian yang tak datang dari kebetulan,  tapi hasil dari konsistensi dan kepemimpinan yang peka terhadap denyut perut rakyat.

Dari data ke dapur: Strategi yang sederhana tapi Eeektif, Bupati Dadang Supriatna,  yang akrab disapa Kang DS,  tampaknya memahami satu hal sederhana: rakyat tidak makan data, rakyat makan nasi. Karena itu, kebijakan pengendalian inflasi di Kabupaten Bandung tak berhenti di meja rapat, tapi turun ke lapangan.

Beberapa langkah yang terbukti efektif: Operasi pasar murah di titik-titik strategis saat harga naik.

Penguatan stok pangan lokal, dengan gerakan menanam dan lumbung desa. Koordinasi lintas dinas, sehingga ketika harga naik di pasar, pemerintah tidak menunggu, tapi langsung gerak. Transparansi harga, lewat pemantauan pasar harian dan komunikasi publik yang cepat. Itu semua membuat inflasi di Kab Bandung tetap jinak, meski di banyak daerah lain sempat menggigit daya beli masyarakat. Mengukur Inflasi dengan Nurani Inflasi sejatinya adalah indeks kepekaan seorang pemimpin terhadap kesulitan warganya.

Bukan soal teori ekonomi tinggi, tapi tentang seberapa cepat ia merespons ketika harga beras naik seribu rupiah, atau saat pedagang kecil mulai menjerit karena ongkos kirim melonjak. Dalam konteks ini, keberhasilan Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa Kang DS tidak hanya memimpin dengan birokrasi, tapi juga dengan empati.

Makna besar di balik angka kecil peringkat 10 nasional mungkin terlihat sebagai angka biasa di kertas, tapi dampaknya luar biasa.

Harga kebutuhan pokok terkendali, artinya daya beli rakyat terjaga. UMKM tetap berproduksi, tidak tercekik modal bahan baku. Investor lebih percaya, karena stabilitas harga = kepastian usaha. Dan yang paling penting: masyarakat tidak kehilangan harapan.

Pemkab Bandung kembali menegaskan diri sebagai daerah yang bukan hanya indah pemandangannya, tapi juga tangguh ekonominya.

Refleksi: Pemerintah yang Hadir di Pasar, Bukan di Poster bukan pula ramai di Tiktok dan IG Kadang, keberhasilan pemimpin bukan diukur dari seberapa besar baliho dirinya, postingan pencitraan di Tiktok dan IG tapi seberapa kecil gejolak harga yang dirasakan rakyat. Ketika inflasi bisa ditekan, itu berarti pemerintahnya benar-benar hadir bukan hanya hadir di media, tapi hadir di pasar

Stabilitas adalah Bentuk Cinta Mengendalikan inflasi memang tak seheroik membangun jalan tol atau menara tinggi, tapi di situlah letak seni kepemimpinan yang sejati.

Karena menjaga stabilitas harga adalah bentuk paling nyata dari cinta pemerintah kepada rakyatnya, cinta yang tidak berisik, tapi terasa di dapur, di warung, dan di pasar.

Kang DS telah membuktikannya: bahwa dengan kepemimpinan yang tulus, kolaboratif, dan melek realita, inflasi pun bisa diajak kompromi. Dan seperti kata Kang DS, “Kalau rakyat bisa belanja dengan tenang, itu lebih berharga dari sekadar penghargaan.” .

( H. Tubagus Raditya Indrajaya - Anggota Dewan Pengawas Perumda Tirta Raharja dan Pemerhati Ekonomi Daerah )

Editor: Saufat Endrawan